SISTEM AGRIBISNIS SELADA HIDROPONIK

 SISTEM AGRIBISNIS SELADA HIDROPONIK

(Studi Kasus : Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu)

 

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)


Oleh :

NURUL FITRIA

21701032097

  

 

 

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

MALANG

2020


RINGKASAN 

Nurul Fitria (21701032097) SISTEM AGRIBISNIS SELADA (Lactuva sativa L) HIDROPONIK (Studi Kasus : Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu)

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nikmatul Khoiriyah, M.P.

 

Harvest Queen Hydroponic merupakan salah satu perusahaan di bidang pertanian dengan teknik budidaya secara hidroponik. Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian ini mengembangkan pertanian dengan modern, professional, kreatif, inovatif, memiliki terobosan terbaru dan memiliki produk yang sehat.

Tanaman selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki prospek yang cerah dan bernilai ekonomis tinggi. Tanaman selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang dimanfaatkan daunnya sebagai sayur lalapan yang berumur semusim dan tergolong kedalam famili composite. Selada merupakan tanaman semusim serta memiliki penampilan yang menarik, bunganya yang unik mengumpul dalam tandan membentuk sebuah rangkaian. Daun selada banyak mengandung vitamin yang bermanfaat bagi tubuh manusia diantaranya adalah vitamin A, vitamin B, dan vitamin C.

Tujuan praktek kerja lapang adalah untuk mengetahui sistem agribisnis selada secara hidroponik di Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu. Dalam pembahasan laporan PKL ini menggunakan metode studi kasus sistem agribisnis pada tanaman selada secara hidroponik yang ada di Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu.

Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis yang merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem, antara lain sebagai berikut:

1.    Subsistem I (Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi): Benih selada, media tanam (lahan), pupuk/nutrisi, air dan alat-alat.

2.    Subsistem II (Budidaya): Persiapan media tanam, penyemaian, penanaman, perawatan dan pemanenan.

3.    Subsistem III (Pasca Panen dan Pengolahan Hasil): Pencucian, penirisan, penyortiran, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian.

4.    Subsistem IV (Pemasaran): Terdapat 2 saluran pemasaran selada, antara lain: 1) Saluran Disribusi I = Petani → Inti → Konsumen, 2) Saluran Distribusi II = Petani → Inti → Restoran/Superindo/Kafe → Konsumen.

5.    Subsistem V (Lembaga Penunjang): Tidak memiliki lembaga penunjang.

Sayuran dan buah-buahan di Harvest Queen Hydroponic memang sudah terlihat segar dan organik, tetapi perlu disosialisasikan lagi kepada sasaran konsumen bahwasannya sayuran yang ditanam di Harvest Queen Hydroponic merupakan sayuran sehat bebas pestisida agar calon konsumen mengetahui manfaat dari sayuran yang bebas pestisida. Selain itu, Harvest Queen Hydroponic belum menjalin kerja sama dengan mitra lain serta penambahan lembaga penunjang untuk mendukung dan menunjang usaha tani di Harvest Queen Hydroponic, serta pada kegiatan pemasaran sayur diantaranya perlu keikutsertaan mahasiswa khususnya mahasiswa agribisnis dalam kegiatan pemasaran sayur karena bidang tersebut merupakan bagian penting yang harus dipelajari langsung oleh mahasiswa agribisnis.


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan tulisan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul :

SISTEM AGRIBISNIS SELADA (Lactuva sativa L) HIDROPONIK

(Studi Kasus : Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu)

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi teknik budidaya sayuran hidroponik dan sistem agribisnis pada perusahaan Harvest Queen Hydroponic.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

 

Malang, 11 April 2020

Penulis


BAB I

PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang

Permintaan sayuran di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi dan pola makan yang seimbang. Di masa mendatang sangat memungkinkan selada dapat menjadi komoditas komersial mengingat permintaan selada terus meningkat sejalan banyaknya restoran, hotel serta tempat yang menyediakan jenis masakan tradisional dan asing (Syahputra et al., 2014).

Tanaman selada termasuk dalam kelompok tanaman sayuran yang sudah dikenal di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat yang  lengkap sehingga memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai sayuran bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah atau lalapan. Selada juga dapat berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang kesehatan masyarakat (Rusdy, 2009).

Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad. Daun selada kaya antioksidan seperti betakarotin, fosfat dan mengandung indol yang berkhasiat melindungi tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan organ-organ pencernaan. Keragaman zat kimia yang dikandungnya menjadikan selada tanaman multikhasiat. Tanaman selada yang banyak dibudidayakan saat ini adalah jenis selada keriting dengan jenis daunnya yang keriting mulai dari ujung sampai tepi daun, serta daun berwarna hijau (Duaja, 2012).

Banyak perusahaan atau instansi yang berkerja dalam bidang agribisnis salah satunya adalah perusahaan Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu. Perusahaan Harvest Queen Hydroponic dirasa tepat untuk dilakukan kegiatan praktek kerja lapang karena berkaitan dengan ilmu yang telah dipelajari. Harvest Queen Hydroponic merupakan perusahaan pertanian yang membudidayakan beberapa jenis sayuran dengan teknik bertanam secara hidroponik. Selain bergerak di subsistem usahatani, perusahaan ini juga berkerja di subsistem hilir berupa pascapanen dan pemasaran.

Kegiatan praktek kerja lapang di Harvest Queen Hydroponic melatar belakangi pembuatan laporan PKL yang berisi mengenai kegiatan selama PKL, teknik budidaya selada, dan sistem agribisnis pada perusahaan Harvest Queen Hydroponic. Selain bergerak di bidang perkebunannya, perusahaan ini juga menerapkan healthy life style yang dimana hasil panen tanaman hidroponik diproses lebih lanjut menjadi minuman atau makanan yang sehat dan bergizi tinggi.

Harvest Queen Hydroponic merupakan perusahaan milik perorangan yang melakukan kegiatan budidaya tanaman dengan menerapkan sistem hidroponik. Cara budidaya yang dilakukan oleh Harvest Queen Hydroponic telah memberikan pandangan baru bagi penulis agar berani mencoba melakukan usahatani dan berwirausaha dalam bidang pertanian. Melalui kegiatan praktek kerja lapang di Harvest Queen Hydroponic ini penulis banyak mendapatkan pembelajaran dan pengalaman kerja secara langsung dalam melakukan usahatani dan berwirausaha dalam bidang pertanian. Sehingga kedepannya penulis dapat mempraktikkan cara budidaya tanaman secara hidroponik baik untuk skala usaha bisnis maupun rumahan.


1.2. Rumusan Masalah

Atas dasar kontradiksi antara teori dan kenyataan, maka dapat dirumuskan masalah secara spesifik sebagai berikut:

1.    Bagaimana sistem agribisnis selada hidroponik di Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu?


1.3. Tujuan Praktek Kerja Lapang

Atas dasar rumusan masalah, maka disusun tujuan praktek kerja lapang sebagai berikut:

1.    Mengetahui sistem agribisnis selada secara hidroponik di Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu.

 

1.4. Manfaat Praktek Kerja Lapang

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan praktek kerja lapang baik untuk mahasiswa maupun lembaga pendidikan adalah :

1.    Bagi Mahasiswa

a.     Memperoleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu lembaga meliputi: segi manajemen yang diterapkan, kondisi fisik perusahaan, peralatan yang digunakan, kondisi para karyawan, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

b.    Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan, terutama dalam komoditi buah sayuran.

c.     Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan tentang pertanian.

2.    Bagi Lembaga Pendidikan

a.     Terjalinnya hubungan antara Program Studi Agribisnis khususnya dan Fakultas Pertanian pada umumnya, dengan Harvest Queen Hydroponic Fruits and Vegetables, Temas, Kec. Batu Kota Batu Jawa Timur. Mendapat umpan balik untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga selalu dapat mengikuti perkembangan dunia teknologi pertanian.

b.    Memperoleh masukan-masukan baru dari lembaga pendidikan, melalui mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL.

c.     Dapat menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan, khususnya Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang (UNISMA).


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Profil Perusahaan

Harvest Queen Hydroponic merupakan salah satu perusahaan di bidang pertanian dengan teknik budidaya secara hidroponik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2017 silam yang didirikan oleh Pandu Rachmantika dan Ilman Harun yang merupakan alumnus Universitas Brawijaya jurusan Arsitektur. Kebun Harvest Queen Hydroponic dibangun oleh pemilik mulai dari awal menggunakan modal sendiri. Kebun dengan luas lahan kurang lebih 1.500 m² berlokasi di Jalan Sultan Hasan Halim, Sisir, Kota Batu. Sistem hidroponik yang diterapkan yaitu hidroponik dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique), DFT (Deep Flow Technique), grow tower, dan rakit apung. Harvest Queen Hydroponic memproduksi berupa sayuran dan buah diantaranya, Selada Hijau Keriting, Selada Merah Keriting, Selada Romaine, dan Tomat Ceri.

Harvest Queen Hydroponic pada awalnya hanya memiliki satu buah greenhouse yang dijadikan sebagai tempat budidaya sayuran berupa Selada Romaine, Selada Merah, Selada Kerting Hijau, Kale, Sawi Caisim, Kailan, dan Kangkung serta Buah Stroberi. Harvest Queen Hydroponic kemudian melakukan pengembangan pada tahun 2018 dengan mendirikan enam buah greenhouse berukuran kecil untuk membudidayakan stroberi. Pada bulan Agustus 2018, Harvest Queen Hydroponic melakukan pengembangan dengan mendirikan satu buah greenhouse baru dengan instalasi Grow Tower untuk membudidayakan tanaman rempah seperti Basil dan Kale. Pada tahun 2019, Harvest Queen Hydroponic kembali melakukan pengembangan dengan mendirikan satu buah greenhouse berukuran besar dengan instalasi DFT untuk membudidayakan tomat cherry. 

Dengan perkembangan zaman, Harvest Queen Hydroponic memiliki empat greenhouse untuk menanam beberapa jenis sayuran dan buah. Greenhouse bagian depan digunakan untuk menanam Selada Hijau Keriting, Selada Merah Keriting, dan Selada Romaine. Sistem hidroponik yang digunakan adalah NFT dan rakit apung. Greenhouse kedua dan ketiga berada tepat dibelakang greenhouse sebelumnya secara berhadap-hadapan yang keduanya sama-sama ditanami dengan tanaman Tomat Ceri. Sistem yang digunakan adalah sistem hidroponik berupa Semi NFT dan DFT. Sedangkan greenhouse yang bagian belakang menggunakan sistem hidroponik berupa grow tower, yang untuk saat ini sedang vacum untuk digunakan.

Sistem NFT (Nutrient Film Technique) merupakan sistem hidroponik yang pemberian larutan nutrisi dengan cara mengalirkan dan mensikurlasikan larutan nutrisi yang tipis sehingga akar tanaman tidak menggenang ke dalam air. Sistem DFT (Deep Flow Technique) merupakan sistem hidroponik yang pemberian larutan nutrisi berlangsung selama 24 jam pada rangkaian aliran tertutup. Sistem grow tower merupakan sistem hidroponik dengan penanaman secara vertikal dan larutan nutrisi bersikulasi melalui lubang-lubang aliran nurtisi di bagian atasnya. Sedangkan sistem rakit apung merupakan sistem hidroponik yang bekerja dengan menggenangkan akar tanaman dengan air dan larutan nutrisi serta bagian atas diberikan sterofoam untuk menopang tanaman.

Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian ini mengembangkan pertanian dengan modern, professional, kreatif, inovatif, memiliki terobosan terbaru, dan memiliki produk yang sehat.  Kelebihan yang dimiliki perusahaan ini adalah bertani dengan cara hidroponik sehingga menghasilkan produk yang sehat, bersih, dan organik. Pemberian nama Harvest Queen Hydroponic diambil dari kata Dewi Sri yang berarti dapat memberikan kesuburan. Dewi Sri mengandung makna yakni dewi kesuburan dan dewi beras. Penamaan perusahaan agar terkesan modern maka nama Dewi Sri dirubah menjadi Harvest Queen.

Selain nama, Harvest Queen Hydroponic memiliki slogan yaitu “Healthy Food, Healthy Life, Healthy Mind”. Slogan yang diberikan sesuai dengan visi dari perusahaan Harvest Queen Hydroponic yaitu “Menjadi sebuah perusahaan di bidang gaya hidup sehat yang terdepan di Indonesia”. Harvest Queen Hydroponic mengajak para masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang sehat sehingga perusahaan memproduksi sayuran yang sehat, bersih, dan organik. Adapun misi yang akan dicapai oleh perusahaan Harvest Queen Hydroponic antara lain:

1.    Menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengonsumsi bahan makanan yang sehat.

2.    Menerapkan teknik pertanian hidroponik yang bisa dikembangkan dimanfaatkan oleh masyarakat urban perkotaan.

3.    Merubah persepsi negatif masyarakat utamanya generasi muda tentang dunia pertanian dan agropreneur.

4.    Menerapkan teknik marketing yang modern untuk memperbaiki citra dunia usaha pertanian.

5.    Memicu semangat kewirausahaan di bidang pertanian.

 

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan

Perusahaan Harvest Queen Hydroponic memiliki struktur organisasi yang yang jelas dan terbagi menjadi beberapa bidang. Setiap bidang memiliki tanggung jawab masing-masing untuk melancarkan kegiatan usahatani di Harvest Queen HydroponicHarvest Queen Hydroponic memiliki direktur yang terbagi menjadi dua bidang. Ilman Harun, ST., MSc. sebagai direktur yang menangani dan mengawasi kegiatan produksi dan teknik pertanian. Sedangkan Pandu Rachmantika, ST., MA. sebagai direktur yang bertugas menangani dan mengawasi kegiatan pemasaran dan keuangan. Harvest Queen Hydroponic juga mempekerjakan sejumlah lima pegawai yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Bagian koordinasi dan teknisi kebun memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan budidaya tanaman dari mempersiapkan media tanam hingga pasca panen. Bagian digital marketing dan fotografi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal melakukan promosi dan pemasaran melalui media sosial, membuat desain produk, dan mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan oleh Harvest Queen Hydroponic. Selain itu Harvest Queen Hydroponic juga memiliki dua pegawai yang bertugas dan bertanggung jawab pada pengoperasian lapangan/kebun. Sedangkan bagian transportasi dan distribusi memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kegiatan transportasi dan distribusi sayuran untuk dikirim ke pelanggan.

 

2.3. Tinjauan Pustaka

2.3.1. Hidroponik

Saat ini telah dikenal cara bercocok tanam hidroponik, yaitu bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, bisa menggunakan air, kerikil dan sebagainya.  Tanah yang merupakan media dalam budidaya konvensional, semakin lama unsur haranya akan semakin berkurang dan tanaman akan kekurangan nutrisi, sehingga dibutuhkan suatu teknologi baru yang dapat mengatur pemberian nutrisi dengan mudah agar kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi (Sodri, 2019).

Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol. Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek). Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan satuan produktivitas yang sama (Lonardy, 2006).

Pemasaran produk hidroponik tidak bisa langsung dipasarkan seperti sayuran-sayuran pada umumnya yang dipasarkan di pasar tradisional dan tidak juga dipasarkan di lapak-lapak terbuka.  Hal ini dikarenakan sebelum dipasarkan dan menunggu proses distribusi, sayuran hidroponik disimpan dalam suhu ruang terlebih dahulu. Produk hidroponik sayuran ini biasanya dipasarkan ke supermarket dan hotel. Jalur pemasaran hidroponik dimulai dari petani hidroponik, kemudian dijual ke perantara atau distributor seperti supermarket dan terakhir dibeli oleh konsumen. Distributor inilah yang mempunyai kontrak kerjasama dengan pengusaha hidroponik (Sodri, 2019).

Beberapa jenis hidroponik, yaitu Wick, Deep Water Culture (DWC), EBB dan Flow (Flood & Drain), Drip (recovery atau non-recovery), Nutrient Film Technique (NFT), dan Aeroponik. Ada ratusan variasi pada sistem hidroponik, tetapi semua metode hidroponik adalah variasi dan kombinasi dari enam jenis dasar (Domingues et al., 2012).

Salah satu tanaman yang cocok untuk diterapkan pada sistem hidroponik adalah tomat ceri. Penelitian yang telah ada melakukan percobaan di dataran tinggi dengan penanaman tomat ceri di lapangan serta melakukan pemantauan dan pemeliharaan yang cukup baik, menghasilkan produksi sebesar 1,5 kg sampai 2 kg setiap pohon, sedangkan pada sistem hidroponik menghasilkan 5,1 kg sampai 5,8 kg per pohon (Susila et al., 2011).

 

2.3.2. Agribisnis

Downey dan Ericson (1992) dalam kutipan (Suparta, 2003) mengemukakan bahwa agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir.

Batasan tersebut menggambarkan bahwa agribisnis merupakan suatu sistem. Konsep agribisnis sebagai sistem, merupakan suatu “entitas” (Amirin, 1996) dalam kutipan (Suparta, 2003), yang tersusun dari sekumpulan subsistem yang bergerak secara bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama. Sejalan dengan pengertian tersebut, (Pertanian, 2002) mengedepankan konsep “perusahaan dan sistem agribisnis”, yakni subsistem agribisnis hulu (perusahaan pengadaan dan penyaluran sarana produksi), subsistem agribisnis tengah (perusahaan usahatani), subsistem agribisnis hilir (perusahaan pengolahan hasil atau agroindustri dan perusahaan pemasaran hasil,  serta subsistem jasa penunjang (lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan dan pelayanan informasi agribisnis, penelitian kaji terap, kebijakan pemerintah, dan asuransi agribisnis) perusahaan atau lembaga bisnis. Masing-masing perusahaan tersebut merupakan “perusahaan agribisnis” yang harus dapat bekerja secara efisien, selanjutnya semua perusahaan agribisnis tersebut harus melakukan hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan agribisnis.

Pada sistem agribisnis pelakunya adalah usaha-usaha agribisnis (firm) yakni usahatani keluarga, usaha kelompok, usaha kecil, usaha menengah, usaha koperasi dan usaha korporasi, baik pada sub-sistem agribisnis hilir, sub-sistem on farm, sub-sistem agribisnis hulu maupun pada sub-sistem penyedia jasa bagi agribisnis. Karena itu, pemerintah sedang dan akan menumbuh-kembangkan dan memperkuat usaha-usaha agribisnis tersebut melalui berbagai instrumen kebijakan yang dimiliki. Pemerintah bukan lagi eksekutor, tetapi berperan sebagai fasilitator, regulator dan promotor pembangunan  sistem dan usaha agribisnis (Saragih, 2003).

(Hermawan & SP, 2008) mengemukakan bahwa agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis yang merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas. Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a.     Subsistem Penyediaan Sarana Produksi

Subsistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.

b.    Subsistem Usahatani atau Proses Produksi

Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka.

c.     Subsistem Agroindustri atau Pengolahan Hasil

Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.

d.    Subsistem Pemasaran

Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.

e.     Subsistem Penunjang

Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :

1.    Sarana Tataniaga                       7. BUMN

2.    Perbankan/perkreditan               8. Swasta

3.    Penyuluhan Agribisnis               9. Penelitian dan Pengembangan

4.    Kelompok tani                           10. Pendidikan dan Pelatihan

5.    Infrastruktur agribisnis              11. Transportasi

6.    Koperasi Agribisnis                   12. Kebijakan Pemerintah                  

(Suparta, 2003) masing-masing komponen pelaku perusahaan agribisnis biasanya membagi diri dalam fungsi dan peran atau tugasnya, namun tetap bersinergi untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar. Integrasi vertikal antar perusahaan agribisnis yang berbeda pemilikannya sering diwujudkan dalam bentuk “kemitraan usaha” atau jika pemilikannya sama disebut “perusahaan terintegrasi”.

Subsistem perusahaan agribisnis hulu berfungsi menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu menghasilkan produk usahatani yang berkualitas. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka perusahaan agribisnis hulu dapat melakukan perannya, antara lain: memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses pembelajaran atau perlatihan bagi petani, menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat memberikan keuntungan bagi para pihak.

Subsistem perusahaan usahatani sebagai produsen pertanian berfungsi melakukan kegiatan teknis produksi agar produknya dapat dipertanggung jawabkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Mampu melakukan manajemen agribisnis secara baik agar proses produksinya menjadi efisien sehingga mampu bersaing di pasar. Karena itu, petani umumnya memerlukan  penyuluhan dan informasi agribisnis, teknologi dan inovasi lainnya dalam proses produksi, bimbingan teknis atau pendampingan agar petani dapat melakukan proses produksi secara efisien dan bernilai tambah lebih tinggi. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, petani berperan sebagai plasma.

Subsistem perusahaan agribisnis hilir berfungsi melakukan pengolahan lanjut (baik tingkat primer, sekunder maupun tersier) untuk mengurangi susut nilai atau meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen, serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka perusahaan agribisnis hilir itu sering berfungsi sebagai inti yang mempunyai kewajiban untuk mendorong berkembangnya usahatani.

Subsistem jasa penunjang (penyuluhan, penelitian, informasi agribisnis, pengaturan, kredit modal, transportasi, dll) secara aktif ataupun pasif berfungsi menyediakan layanan bagi kebutuhan pelaku sistem agribisnis untuk memperlancar aktivitas perusahaan dan sistem  agribisnis.  Masing-masing komponen jasa penunjang itu mempunyai karakteristik fungsi yang berbeda, namun intinya adalah agar mereka dapat berbuat sesuatu untuk mengurangi beban dan meningkatkan kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis.

 

2.3.3. Selada (Lactuva sativa L)

Selada merupakan tanaman holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sesuai dengan jenisnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. dalam kondisi yang seperti ini selada akan mengalami pertumbuhan yang sempurna (Aini et al., 2010).

Permintaan akan selada terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhan gizi. Masyarakat sangat menyukai sayuran ini karena memiliki rasa yang enak serta kandungan gizi yang baik. Diketahui bahwa dalam 100 g berat segar selada mengandung protein 1,2 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 2,9 g, kalsium 22,0 g, fosfor 25 mg, zat besi 0,5 g, vitamin A 0,04 mg, vit B 8,0 mg, vit C 8,0 mg, dan air 94,8% (Rukmana, 1994).

Tanaman selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang dimanfaatkan daunnya sebagai sayur lalapan yang berumur semusim dan tergolong kedalam famili composite. Menurut jenisnya daun selada ada yang dapat membentuk krop dan ada pula yang tidak. Jenis yang tidak membentuk krop daun-daunya berbentuk "rosette". Daun selada pada umumnya berwarna hijau terang sampai putih kekuningan. Selada lebih sering dikonsumsi mentah atau sebagai lalapan (Rukmana, 1994).

Selada merupakan tanaman semusim serta memiliki penampilan yang menarik, bunganya yang unik mengumpul dalam tandan membentuk sebuah rangkaian. Daun selada banyak mengandung vitamin yang bermanfaat bagi tubuh manusia diantaranya adalah vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Rukmana, 1994).

Selada merupakan salah satu jenis tanaman sayur yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, hal ini terlihat dari permintaan pasar terhadap selada yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar terutama di perhotelan, rumah makan besar, bahkan hingga ke luar negeri sebagai komoditas ekspor. Selada memiliki peran dalam program ketahanan pangan nasional. Ketahanan (food security) tidak akan terwujud tanpa ketahanan nutrisi (nutritional security) dan hal tersebut berimbas pada kesehatan masyarakat yang akan semakin menurun. Konsep ketahanan nutrisi adalah menjamin ketersediaan pangan yang bernutrisi dan jumlahnya cukup bagi seluruh lapisan masyarakat. Nutrisi dan keamanan pangan tidak terpisahkan, ketika ketersediaan pangan berkurang, maka masyarakat akan mengkonsumsi makanan kurang bergizi dan tidak aman yang disebabkan karena bahaya kontamisasi kimia, mikroba, penyakit asal hewan dan sebagainya. Kandungan gizi selada semakin disadari manfaatnya oleh masyarakat, sehingga ketersediaan sayuran khususnya selada menjadi hal penting dalam mendukung ketahanan pangan serta ketahanan nutrisi nasional. (Heni, 2011) dalam kutipan (Citra Wulandari et al., 2012).

Tanaman selada bukan merupakan sayuran asli Indonesia. Selada berasal dari Asia Barat yang kemudian menyebar di Asia dan negara-negara beriklim sedang dan panas. Beberapa negara telah mengembangkan dan membuat varietas  unggul tanaman selada di antaranya Jepang, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat dan Belanda (Rukmana, 1994). Menurut (Sunarjono, 2007) dalam kutipan (Syahputra et al., 2014). Tanaman selada umumnya dimakan mentah ataupun disajikan sebagai penghias hidangan. Daunnya mengandung vitamin A, B, dan C yang berguna untuk kesehatan tubuh.

Tanaman selada masuk dalam divisi Spematophyta atau tanaman berbiji, subdivisi Angiospermae, kelas Dikotyledonae, ordo Astereles, famili Asteraceae, genus Lactuca, spesies Lactuca sativa. Selada yang tergolong spesies Lactuca sativa yang telah dibudidayakan memiliki banyak varietas. Tanaman selada tergolong tanaman sayuran daun semusim yang berumur pendek. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang menyirip. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta terasa agak manis. Daun memiliki ukuran panjang 20 hingga 25 cm dan lebar sekitar 15 cm. Tanaman selada memilih batang sejati, bersifat kekar, kokoh dan  berbuku-buku, ukuran diameter 2-3 cm. Selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut yang menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke segala arah pada kedalaman 20 hingga 50 cm, sedangkan akar tunggang tumbuh lurus ke dalam tanah (Cahyono, 2005). Di samping pada tanah, tanaman selada dapat tumbuh pada media air yang ditanam secara hidroponik dengan masa adaptasi akar 2 minggu dan dapat dipanen 25-30 hari setelah dipindah  dari persemaian (Ginting & Tohari, n.d.).


BAB III

METODOLOGI 

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Pelaksanaan praktek kerja lapang dilakukan selama 1 (satu) bulan yang dimulai dari tanggal 03 Februari 2020 hingga 03 Maret 2020. Selama pelaksanaan praktek kerja lapang tersebut dibagi menjadi dua kegiatan yaitu pada dua minggu pertama melakukan kegiatan budidaya tanaman secara hidroponik di Kebun Harvest Queen Hydroponic yang beralamatkan di Jalan Sultan Hasan Halim, Sisir, Kota Batu., sedangkan pada dua minggu kedua melakukan Proyek Mie Selada di Kafe Harvest Queen yang bertempat di Jalan Kalpataru Nomor 58 Kota Malang.

Kegiatan praktek kerja lapang yang di Kebun Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu dilaksanakan setiap hari senin s.d jumat mulai pukul 08.00 s.d 12.00 WIB, sedangkan kegiatan proyek Mie Selada yang bertempat di Kafe Harvest Queen dilaksanakan secara bergantian per dua hari dengan peserta praktek kerja lapang lainnya. Pelaksanaan praktek kerja lapang dilakukan selama 5 hari dalam seminggu dengan jam kerja 4 jam/hari.

Harvest Queen Hydroponic dipilih sebagai lokasi praktek kerja lapang berdasarkan pertimbangan kesesuaian antara materi kegiatan yang dipraktikkan di institusi terkait dengan program studi mahasiswa. Maka dari itu, perlunya praktek kerja lapang di Harvest Queen Hydroponic ini merupakan salah satu alasan utama bagi seorang Sarjana Pertanian karena dapat menjadi pembelajaran yang baik bagi mahasiswa untuk mempraktikkan ilmu dan teori yang dipelajari pada saat perkuliahan serta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan kegiatan budidaya secara hidroponik.


3.2 Metode Praktek Kerja Lapangan

a.     Metode Pembahasan Laporan PKL

Dalam pembahasan laporan PKL ini menggunakan metode studi kasus sistem agribisnis pada tanaman selada secara hidroponik yang ada di Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu.

b.    Objek dan Lokasi Pembahasan Laporan PKL

Objek dan lokasi dilakukan di Harvest Queen Hydroponic, Kota Batu.  Lokasi tersebut merupakan perkebunan tanaman hidroponik sayuran dan buah-buahan. Perusahaan berlokasi di Jalan Sultan Hasan Salim, Sisir, Batu, Temas, Kec. Batu, Kota Batu, Jawa Timur.

c.     Jenis Data yang Diambil

1.    Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan. Dalam pembahasan kali ini, data yang dicatat dan dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan sistem agribisnis selada secara hidroponik. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung yang terkait di Harvest Queen Hydroponic.

2.    Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang telah tersedia atau data yang telah ada. Data sekunder dalam pembahasan kali ini akan diperoleh dari instansi-instansi yang terkait.

d.    Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam pembahasan kali ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data-data tersebut dilakukan melalui metode-metode berikut:

1.    Wawancara

Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (RIngo et al., 2017). Pada pembahasan kali ini, wawancara langsung dilakukan koordinator teknisi yang bekerja pada kebun perusahaan. Wawancara dilakukan berdasarkan hal-hal yang diperlukan untuk menunjang penyelesaian laporan.

2.    Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan atau obyek pembahasan. Pengamatan ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik wawancara dan kuesioner.

e.     Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dimana penulis merumuskan dan menafsirkan data yang ada baik itu data primer berupa observasi dan wawancara maupun data sekunder yang ada, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan secara umum.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1 Kegiatan-kegiatan Praktek Kerja Lapang

Kegiatan praktek kerja lapang di Harvest Queen Hydroponic terdiri dari dua bagian yaitu melakukan kegiatan budidaya dan pemasaran produk. Kegiatan budidaya yang dilakukan yaitu dimulai dari tahapan penyemaian, pemindahan bibit (penanaman/transplanting), perawatan, panen dan pasca panen. Sedangkan kegiatan pemasaran yang dilakukan yaitu memasarkan produk Mie Selada yang merupakan upaya dari pengolahan hasil pertanian. Setiap kegiatan dilakukan berdasarkan instruksi dari pembimbing lapang. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kegiatan praktek kerja lapang di Harvest Queen Hydroponic sebagai berikut:

4.1.1. Persiapan Media Tanam

Langkah awal yang harus dilakukan untuk membudidayakan tanaman selada secara hidroponik yaitu mempersiapkan media tanam sistem rakit apung seperti pada Gambar 3. Dimana terdapat kolam besar dengan volume 3,2 m³. Persiapan media tanam dapat dilakukan dengan melapisi bagian dalam kolam dengan terpal kemudian dilapisi lagi dengan plastik tebal lalu diisi air dengan kedalaman sekitar ¾ dari tinggi kolam ± 3.200 liter air. Jika sudah terisi air sesuai dengan petunjuk kemudian bagian atas air ditutupi dengan sterofoam yang sebelumnya sudah dilubangi kecil-kecil yang masing-masing berdiameter 28 mm dengan jarak tanam 20 cm dari masing-masing lubang.

 

4.1.2. Penyemaian

Penyemaian merupakan kegiatan yang menumbuhkan benih menjadi sebuah bibit yang siap untuk dipindahkan ke media tanam. Kegiatan penyemaian dimulai dari pemilihan varietas yang dapat menghasilkan produk sayuran berkualitas baik dan sesuai untuk dibudidayakan secara hidroponik. Benih selada yang digunakan Harvest Queen Hydroponic adalah benih selada hijau keriting varietas New Grand Rapid, benih lollorossa (selada merah keriting) varietas Estafet, dan benih selada Romaine varietas Xanadu. Benih yang digunakan oleh Harvest Queen Hydroponic diperoleh dari PT. Indogreen Seed Indonesia. Kegiatan penyemaian dilakukan dengan cara membuat lubang pada talang kotak yang berisikan tanah padat agak basah menggunakan satu jari seperti pada Gambar 4, kemudian mengambil benih tanaman selada dan memasukkannya ke dalam lubang pada tanah seperti pada Gambar 5. Setiap lubang tanam ditanami dengan satu biji benih selada.

 

4.1.3. Penanaman/Transplanting

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit dari tempat persemaian ke sistem rakit apung. Pemindahan bibit tanaman selada dilakukan ketika bibit berumur 2 minggu setelah semai (mss) atau bibit dengan ukuran yang sudah siap tanam yaitu memiliki 2-3 helai daun. Penanaman pada sistem rakit apung dapat dilakukan secara langsung dengan memasukkan bibit ke dalam lubang sterofoam (seperti pada Gambar 7) dengan dilapisi spon busa berukuran ± 6x1x0,5 cm seperti pada Gambar 6. Pelapisan spon busa pada bibit tidak boleh terlalu longgar ataupun terlalu sesak, dikarenakan takut malah membuat bibit mati sebelum panen.           

 

4.1.4. Perawatan 

Kegiatan perawatan yang dilakukan pada budidaya tanaman secara hidroponik diantaranya ialah penyulaman, pengecekan instalasi sistem hidroponik, pemupukan, pengecekan larutan nutrisi, dan pengecekan pH serta ppm. Kegiatan penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati maupun tidak tumbuh dan terserang hama dengan tanaman baru. Kegiatan perawatan pada instalasi yang dilakukan pada sistem rakit apung ialah dengan melakukan pengecekan aerator agar selalu dalam kondisi menyala sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Aerator berfungsi untuk menghasilkan oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Hal ini dikarenakan aerator digunakan untuk mengatur sirkulasi udara akibat tidak adanya jarak antara akar tanaman dengan air.

Kegiatan berikutnya ialah pemupukan yang dilakukan dengan cara memberikan larutan nutrisi AB Mix pada tanaman selada. Larutan nutrisi AB Mix Sayur merupakan campuran antara larutan A dan larutan B, dimana proses pembuatan larutan AB Mix Sayur dilakukan secara manual oleh Harvest Queen Hydroponic. Berikut merupakan bahan yang dibutuhkan untuk larutan A dan larutan B sebagai berikut :

a.     Larutan A

Larutan A terdiri dari unsur makro dan mikro. Unsur makro yang dibutuhkan yaitu Calnit (Kalsium Nitrat) sebanyak 5 kg, Kalinitrat (Kalium Nitrat) sebanyak 5,5 kg, dan unsur mikro yaitu Fe sebanyak 150 gram.

b.    Larutan B

Larutan B terdiri dari dua unsur meliputi unsur makro dan mikro. Adapun unsur makro yang dibutuhkan yaitu MKP (Fosfat dan Kalium Oksida) sebanyak 1,3 kg, MAG-S (Magnesium Oksida dan Sulfur) sebanyak 3,1 kg, dan unsur mikro yaitu Mn sebanyak 37,5 gram, Zn sebanyak 10 gram, Cu sebanyak 5 gram, dan Bora sebanyak 10 gram.

Pembuatan larutan nutrisi AB mix dilakukan dengan menggunakan wadah yang berbeda antara larutan A dan larutan B. Tahapan pembuatan larutan A dan larutan B dapat dilakukan dengan memasukkan unsur makro ke dalam 10 liter air kemudian diaduk hingga larut dengan air. Kemudian menambahkan 5 liter air secara perlahan. Setelah semua unsur makro larut dalam air, kemudian memasukkan unsur mikro dan menambahkan 10 liter air serta diaduk hingga terjadi perubahan warna pada masing-masing larutan. Larutan A akan berubah menjadi warna merah sedangkan larutan B akan berubah menjadi warna biru. Setelah larutan A dan B jadi maka proses pemberian larutan nutrisi AB Mix Sayur dapat dilakukan dengan cara mencampurkan larutan A (5 ml) dan larutan B (5 ml) dalam 1 liter air. Pembuatan dengan bahan-bahan tersebut dapat menghasilkan 25 liter larutan A dan 25 liter larutan B.

Kegiatan perawatan selanjutnya adalah melakukan pengecekan kadar nutrisi pada sistem rakit apung hidroponik dengan mengunakan alat TDS meter (Total Dissolved Solids) yang merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kepekatan nutrisi tanaman hidroponik seperti pada Gambar 10. Satuan pengukuran yang digunakan adalah ppm (part per million). Nutrisi untuk media tanam secara hidroponik adalah AB Mix. AB Mix merupakan campuran dari larutan A dan larutan B. Penambahan AB Mix dilakukan dengan takaran 1:1 larutan A dan larutan B. Takaran yang diberikan untuk membuat larutan nutrisi adalah 500 ml larutan A dan 500 ml larutan B dalam 1 liter air. Nilai standar untuk mengukur kepekatan nutrisi adalah ±700-1000 ppm. Setelah melakukan pengecekan jika nilai kepekatan nutrisi kurang dari nilai standar maka perlu ditambahkan larutan nutrisi AB Mix sedangkan jika nilai lebih dari standar maka perlu ditambahkan air baku. Penambahan larutan nutrisi dilakukan dengan menambahkan larutan AB Mix secara bertahap hingga ±700-1000 ppm.

Pengecekan pH merupakan kegiatan perawatan yang juga penting dilakukan pada budidaya tanaman selada secara hidroponik. Pengecekan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Nilai pH yang dibutuhkan oleh tanaman selada hidroponik yaitu 6,5-7,0 (netral). Jika nilai pH rendah (bersifat asam) maka perlu dilakukan penambahan larutan kimia KOH (Asam Nitrat). Cara meningkatkan nilai pH yaitu dengan menambah sedikit demi sedikit larutan kimia KOH kemudian diaduk dan melakukan pengecekan kembali menggunakan pH meter hingga nilai pH menjadi netral. Sedangkan jika nilai pH tinggi (bersifat basa) maka untuk menurunkan nilai pH menjadi netral dapat dilakukan dengan menambahkan asam sulfat. Cara yang digunakan kurang lebih sama dengan cara menaikkan pH, namun larutan yang digunakan berbeda yaitu menambahkan sedikit demi sedikit larutan asam sulfat kemudian diaduk dan melakukan pengecekan kembali hingga nilai pH menjadi netral.

 

4.1.5. Panen dan Pasca Panen  

Kegiatan pemanenan pada tanaman selada dilakukan dengan cara manual yakni mencabut tanaman pada setiap lubang sterofoam yang berumur 3 minggu setelah tanam (mst) seperti pada Gambar 11. Akar pada tanaman sengaja tidak dibuang dan dibiarkan melekat di sayuran dengan tujuan menjadi ciri khas bahwa sayuran tersebut merupakan sayuran hidroponik.

Kegiatan yang harus dilakukan setelah proses pemanenan adalah kegiatan pasca panen meliputi sortasi dan pengemasan. Kegiatan sortasi, pengemasan dan pengolahan hasil pertanian merupakan kegiatan pascapanen yang dilakukan di Harvest Queen Hydroponic. Secara umum, tindakan paling awal pascapanen yang dilakukan yaitu sortasi tanaman pada saat panen. Kegiatan sortasi dilakukan dengan menyeleksi sayuran yang tidak layak untuk dipanen karena rusak, layu, daun busuk atau terserang hama dan membuang bagian daun tua sebanyak 3-5 helai daun yang biasanya terletak pada bagian luar seperti pada Gambar 12. Setelah dilakukan sortasi maka selanjutnya yaitu melakukan pengemasan sayuran ke dalam kemasan plastik. Cara pengemasan untuk komoditas selada dilakukan dengan memasukkan selada sebanyak 2-3 batang atau dengan berat sebesar 200 gr ke dalam kemasan plastik.

Kegiatan pengolahan hasil panen dilakukan dengan mengolah sayuran menjadi produk Mie Selada seperti pada Gambar 14. Pembuatan Mie Selada merupakan proyek yang diberikan oleh pemilik Harvest Queen Hydroponic kepada peserta PKL pada bulan Februari. Terdapat tiga varian produk Mie Selada yang dihasilkan yaitu:

a.     MieSoh (Mie Gongsoh), mie goreng instan proses pembuatan dengan cara digongsoh pada wajan dengan campuran rempah-rempah serta bumbu mie tersebut, kemudian dalam penyajian dengan ditambahkan selada sebagai tambahan guna mempercantik penampilan mie tersebut, juga berguna untuk konsumen yang tidak begitu menyukai sayur tetapi dengan disertainya mie instan ini (yang pasti banyak peminatnya) menjadi ikut menyukai sayur-sayuran.

b.    Mimi Kare (Milky Mie Kare), yaitu mie kuah instan rasa kare ayam yang proses pembuatannya dicampur dengan susu UHT full cream dan tambahan selada.

c.     Mimi Soto (Milky Mie Soto), proses pembuatan produk ketiga ini sama persis dengan produk kedua, hanya saja perbedaannya terletak pada rasa mie.

Untuk menghasilkan produk Mie Selada tersebut maka dapat dilakukan dengan dua tahapan yaitu proses persiapan dan pengolahan. Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain:

1.    Kompor                              6. Panci

2.    Pisau                                   7. Serbet

3.    Talenan                               8. Garpu

4.    Wajan                                 9. Mangkok

5.    Sutil

Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat Mie Selada yaitu:

1.    Selada

2.    Mie instan kuah/goreng

3.    Susu UHT Full Cream sebanyak 50 ml/porsi Mimi

4.    Bumbu dapur (Bawang merah, Bawang putih, Bawang bombay, Cabai)

5.    Air

6.    Mentega

7.    Beberapa topping yang dibutuhkan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ke dua yaitu proses pengolahan produk. Proses pengolahan produk pada MieSoh yaitu dengan cara:

1.    Merebus mie goreng instan setengah matang kemudian meniriskannya.

2.    Mempersiapkan wajan untuk tempat penggongsohan (oseng) di atas kompor.

3.    Memasukkan mentega lalu dicairkan.

4.    Mencampurkan bumbu dapur dengan perbandingan 2:1 dan bumbu mie tersebut kemudian digongsoh hingga harum.

5.    Setelah harum, memasukkan mie setengah matang tadi ke atas wajan lalu diaduk hingga rata dimana api kompor dalam keadaan mati.

6.    Jika sudah teraduk rata, menghidupkan api kompor dengan volume kecil kemudian aduk lagi secara perlahan.

7.    Meniriskan mie yang sudah jadi ke dalam mangkok yang sudah berisi selada dimana sebelumnya sudah dicuci bersih.

8.    MieSoh siap disajikan.

Berikutnya proses pengolahan produk Duo Mimi dengan cara:

1.    Merebus mie kuah instan setengah matang kemudian meniriskannya.

2.    Merebus air sebanyak 150 ml hingga matang kemudian memasukkan Susu UHT Full Cream sebanyak 50 ml.

3.    Mencampurkan bumbu-bumbu mie kuah instan sesuai rasa serta mie setengah matang tadi.

4.    MiMi siap disajikan.

Setelah proses pengolahan, Mie Selada siap untuk dipasarkan.

Penyusunan analisis biaya yang dilakukan untuk mengetahui total biaya, penerimaan, keuntungan, dan HPP (Harga Pokok Produksi) serta membuat laporan keuangan kas untuk produk mie selada. Berdasarkan perhitungan HPP pada produk MieSoh sebesar Rp 6.500, serta produk Mimi Kare dan Soto sebesar Rp 8.000.

Perhitungan HPP dilakukan untuk menetapkan harga jual produk mie selada ke konsumen akhir. Adapun harga jual pada masing-masing varian produk mie selada yaitu Rp 12.000/porsi untuk MieSoh dan Rp 15.000/porsi untuk Duo Mimi. Rincian perhitungan total biaya, HPP, penerimaan, keuntungan dilakukan pencatatan dengan membuat laporan keuangan kas yang dilakukan oleh manajer kafe sendiri dikarenakan itu bersifat rahasia perusahaan.

 

4.1.6. Kegiatan Pemasaran 

Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Harvest Queen Hydroponic untuk memperkenalkan produk mie selada berupa endorsement dan penjualan langsung (direct marketing). Pemilihan media komunikasi ini bertujuan agar informasi mengenai produk Mie Selada yang disampaikan kepada masyarakat dapat tersebar merata. Kegiatan pemasaran untuk Mie Selada berorientasi kepada konsumen. Kegiatan pemasaran Mie Selada mempertimbangkan bauran pemasaran dengan menerapakan stategi 4P (Product, Place, Price, dan Promotion).

Kegiatan endorsement dilakukan dengan mengirim produk mie selada kepada orang yang telah ditentukan oleh pemilik Harvest Queen Hydroponic untuk dipromosikan di akun media sosial instagramnya. Penggunaan media sosial untuk kegiatan pemasaran Mie Selada dikarenakan media sosial merupakan media yang mudah diakses dan cepat dalam penyampaian informasi. Sedangkan kegiatan pemasaran secara langsung (direct marketing) produk Mie Selada dilakukan melalui penjualan di kafe Harvest Queen sendiri yang berlokasi di Jalan Kalpataru Nomor 58 Kota Malang.

 

4.2. Sistem Agribisnis Selada (Lactuva sativa L) Hidroponik di Harvest Queen Hydroponic

Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem, antara lain sebagai berikut:

4.2.1. Subsistem I (Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi)

Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi merupakan subsistem awal atau biasa disebut hulu dalam agribisnis. Hulu merupakan pengadaan sarana dan penyaluran sarana produksi pertanian, antara lain terdiri dari benih, bibit, pupuk, obat-obatan hama dan penyakit, serta peralatan pertanian yang dihasilkan oleh industri sebagai modal kegiatan pertanian.

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada budidaya selada (Lactuva sativa L)  secara hidroponik adalah :

a.    Benih Selada

Terdapat tiga jenis benih selada yang digunakan yaitu Selada Hijau Keriting, Selada Merah Keriting dan Selada Romaine yang didapatkan dengan cara membeli di Toko Pertanian dengan harga Rp 13.000,- dan berat 10 gram/bungkus. Satu bungkus benih selada berisi 1000 butir. Setiap kegiatan penyemaian yang dilakukan membutuhkan benih selada sebanyak 400-600 butir per jenis selada dengan satu kali semai untuk satu kolam rakit apung dengan volume 3.2 m³. Jika satu greenhouse terdapat empat kolam rakit apung, maka benih yang dibutuhkan dari masing-masing jenis sebanyak 1.200 butir dengan total 3.600 butir.

b.    Media Tanam (Lahan)

Media tanam yang digunakan adalah sistem rakit apung yang bervolume 3.2 m³, dimana bagian dalam kolam lapisan pertama dilapisi dengan terpal kemudian lapisan kedua dengan plastik tebal lalu diisi air dengan kedalaman sekitar ¾ dari tinggi kolam ± 3.200 liter air. Jika sudah terisi air sesuai dengan petunjuk kemudian bagian atas air ditutupi dengan styrofoam yang sebelumnya sudah dilubangi kecil-kecil yang masing-masing berdiameter 28 mm dengan jarak tanam 20 cm dari masing-masing lubang. Status lahan di Harvest Queen Hydroponic adalah milik sendiri, sehingga tidak perlu membayar biaya sewa hanya membayar pajak sebesar Rp 2.000.000,- per tahunnya.

c.    Pupuk/Nutrisi

Pupuk/nutrisi yang digunakan adalah nutrisi AB Mix Sayur. Larutan nutrisi AB Mix Sayur merupakan campuran antara larutan A dan larutan B, dimana proses pembuatan larutan AB Mix Sayur dilakukan secara manual oleh Harvest Queen Hydroponic dengan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk larutan A dan larutan B sebagai berikut: Larutan A terdiri dari unsur makro dan mikro. Unsur makro yang dibutuhkan yaitu Calnit (Kalsium Nitrat) sebanyak 5 kg, Kalinitrat (Kalium Nitrat) sebanyak 5,5 kg, dan unsur mikro yaitu Fe sebanyak 150 gram. Sedangkan untuk Larutan B terdiri dari dua unsur meliputi unsur makro dan mikro. Adapun unsur makro yang dibutuhkan yaitu MKP (Fosfat dan Kalium Oksida) sebanyak 1,3 kg, MAG-S (Magnesium Oksida dan Sulfur) sebanyak 3,1 kg, dan unsur mikro yaitu Mn sebanyak 37,5 gram, Zn sebanyak 10 gram, Cu sebanyak 5 gram, dan Bora sebanyak 10 gram. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan-bahan nutrisi AB Mix selama satu tahun sebesar Rp 2.250.000,- dengan 3-4 kali pembuatan nutrisi AB Mix.

d.   Air 

Air yang digunakan adalah air sumber menggunakan pompa air seperti sanyo yang membutuhkan listrik, sehingga biaya yang dikeluarkan termasuk biaya listrik. Biaya yang digunakan secara keseluruhan sebesar Rp 1.000.000,- per bulannya.

e.    Alat-alat

Alat-alat yang digunakan antara lain styrofoam, spon busa, wadah untuk bibit, selang dan pipa kecil. Biaya yang dibutuhkan untuk pembelian alat-alat adalah Rp 476.000,- untuk setiap 3.2 m³.

 

4.2.2. Subsistem II (Budidaya)

Kegiatan budidaya pertanian harus sesuai dengan SOP (Standar Operasional Procedur) di tempat pelaksanaan budidaya. SOP dibuat berdasarkan pelaksanaan yang sudah ditentukan dan dilaksanakan. Setelah SOP, dibuat pelaksanaan budidayanya berdasarkan SOP yang telah dibuat. SOP yang tertera di Harvest Queen Hydroponic antara lain: Pintu greenhouse harus tertutup rapat dan dinding greenhouse tidak ada yang berlubang. Kedua hal tersebut bertujuan agar hama dan serangga tidak ada yang masuk dan menyerang tanaman. Kemudian melakukan pemeriksaan rutin terhadap kolam penampung air, styrofoam dan alat aerator. Ketiga hal tersebut bertujuan agar tidak ada jalur keluar air yang buntu atau tersumbat dan tanaman mendapatkan oksigen yang optimal. Selanjutnya melakukan standar budidaya tanaman yaitu tanaman buah dan sayuran hijau. Kemudian melakukan perawatan rutin dengan mengontrol pH dan ppm masing-masing kolam serta memberi nutrisi yang cukup pada tanaman.

Budidaya merupakan kegiatan penggunaan barang-barang modal dan sumber daya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Budidaya hidroponik rakit apung adalah menanam tanaman dengan cara hidroponik dengan membuat tanaman mengapung pada media nutrisi dengan penyangga styrofoam. Massa jenis air yang digunakan pada setiap kolam rakit apung di Harvest Queen Hydroponic adalah 3.200 liter. Berikut kegiatan budidaya yang dilakukan di Harvest Queen Hydroponic:

a.     Persiapan Media Tanam

Langkah awal yang harus dilakukan untuk membudidayakan tanaman selada secara hidroponik yaitu mempersiapkan media tanam sistem rakit apung. Dimana terdapat kolam besar dengan volume 3,2 m³. Persiapan media tanam dapat dilakukan dengan melapisi bagian dalam kolam dengan terpal kemudian dilapisi lagi dengan plastik tebal lalu diisi air dengan kedalaman sekitar ¾ dari tinggi kolam ± 3.200 liter air. Jika sudah terisi air sesuai dengan petunjuk kemudian bagian atas air ditutupi dengan sterofoam yang sebelumnya sudah dilubangi kecil-kecil yang masing-masing berdiameter 28 mm dengan jarak tanam 20 cm dari masing-masing lubang.

b.    Penyemaian

Penyemaian merupakan kegiatan yang menumbuhkan benih menjadi sebuah bibit yang siap untuk dipindahkan ke media tanam. Kegiatan penyemaian dimulai dari pemilihan varietas yang dapat menghasilkan produk sayuran berkualitas baik dan sesuai untuk dibudidayakan secara hidroponik. Benih selada yang digunakan Harvest Queen Hydroponic adalah benih selada hijau keriting varietas New Grand Rapid, benih lollorossa (selada merah keriting) varietas Estafet, dan benih selada Romaine varietas Xanadu. Benih yang digunakan oleh Harvest Queen Hydroponic diperoleh dari PT. Indogreen Seed Indonesia. Kegiatan penyemaian dilakukan dengan cara membuat lubang pada talang kotak yang berisikan tanah padat agak basah menggunakan satu jari, kemudian mengambil benih tanaman selada dan memasukkannya ke dalam lubang pada tanah. Setiap lubang tanam ditanami dengan satu biji benih selada.

c.     Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit dari tempat persemaian ke sistem rakit apung. Pemindahan bibit tanaman selada dilakukan ketika bibit berumur 2 minggu setelah semai (mss) atau bibit dengan ukuran yang sudah siap tanam yaitu memiliki 2-3 helai daun. Penanaman pada sistem rakit apung dapat dilakukan secara langsung dengan memasukkan bibit ke dalam lubang styrofoam dengan dilapisi spon busa berukuran ± 6x1x0,5 cm. Pelapisan spon busa pada bibit tidak boleh terlalu longgar ataupun terlalu sesak, dikarenakan mengantisipasi agar bibit tidak mati sebelum panen.

d.    Perawatan

Kegiatan perawatan yang dilakukan pada budidaya tanaman secara hidroponik diantaranya ialah penyulaman, pengecekan instalasi sistem hidroponik, pemupukan, pengecekan larutan nutrisi, dan pengecekan pH serta ppm. Kegiatan penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati maupun tidak tumbuh dan terserang hama dengan tanaman baru. Kegiatan perawatan pada instalasi yang dilakukan pada sistem rakit apung ialah dengan melakukan pengecekan aerator agar selalu dalam kondisi menyala sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen. Aerator berfungsi untuk menghasilkan oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Hal ini dikarenakan aerator digunakan untuk mengatur sirkulasi udara akibat tidak adanya jarak antara akar tanaman dengan air.

Kegiatan berikutnya ialah pemupukan yang dilakukan dengan cara memberikan larutan nutrisi AB Mix pada tanaman selada. Larutan nutrisi AB Mix Sayur merupakan campuran antara larutan A dan larutan B, dimana proses pembuatan larutan AB Mix Sayur dilakukan secara manual oleh Harvest Queen Hydroponic. Berikut merupakan bahan yang dibutuhkan untuk larutan A dan larutan B sebagai berikut :

·      Larutan A

Larutan A terdiri dari unsur makro dan mikro. Unsur makro yang dibutuhkan yaitu Calnit (Kalsium Nitrat) sebanyak 5 kg, Kalinitrat (Kalium Nitrat) sebanyak 5,5 kg, dan unsur mikro yaitu Fe sebanyak 150 gram.

·      Larutan B

Larutan B terdiri dari dua unsur meliputi unsur makro dan mikro. Adapun unsur makro yang dibutuhkan yaitu MKP (Fosfat dan Kalium Oksida) sebanyak 1,3 kg, MAG-S (Magnesium Oksida dan Sulfur) sebanyak 3,1 kg, dan unsur mikro yaitu Mn sebanyak 37,5 gram, Zn sebanyak 10 gram, Cu sebanyak 5 gram, dan Bora sebanyak 10 gram.

Pembuatan larutan nutrisi AB mix dilakukan dengan menggunakan wadah yang berbeda antara larutan A dan larutan B. Tahapan pembuatan larutan A dan larutan B dapat dilakukan dengan memasukkan unsur makro ke dalam 10 liter air kemudian diaduk hingga larut dengan air. Kemudian menambahkan 5 liter air secara perlahan. Setelah semua unsur makro larut dalam air, kemudian memasukkan unsur mikro dan menambahkan 10 liter air serta diaduk hingga terjadi perubahan warna pada masing-masing larutan. Larutan A akan berubah menjadi warna merah sedangkan larutan B akan berubah menjadi warna biru. Setelah larutan A dan B jadi maka proses pemberian larutan nutrisi AB Mix Sayur dapat dilakukan dengan cara mencampurkan larutan A (5 ml) dan larutan B (5 ml) dalam 1 liter air. Pembuatan dengan bahan-bahan tersebut dapat menghasilkan 25 liter larutan A dan 25 liter larutan B.

Kegiatan perawatan selanjutnya adalah melakukan pengecekan kadar nutrisi pada sistem rakit apung hidroponik dengan mengunakan alat TDS meter (Total Dissolved Solids) yang merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kepekatan nutrisi tanaman hidroponik. Satuan pengukuran yang digunakan adalah ppm (part per million). Nutrisi untuk media tanam secara hidroponik adalah AB Mix. AB Mix merupakan campuran dari larutan A dan larutan B. Penambahan AB Mix dilakukan dengan takaran 1:1 larutan A dan larutan B. Takaran yang diberikan untuk membuat larutan nutrisi adalah 500 ml larutan A dan 500 ml larutan B dalam 1 liter air. Nilai standar untuk mengukur kepekatan nutrisi adalah ±700-1000 ppm. Setelah melakukan pengecekan jika nilai kepekatan nutrisi kurang dari nilai standar maka perlu ditambahkan larutan nutrisi AB Mix sedangkan jika nilai lebih dari standar maka perlu ditambahkan air baku. Penambahan larutan nutrisi dilakukan dengan menambahkan larutan AB Mix secara bertahap hingga ±700-1000 ppm.

Pengecekan pH merupakan kegiatan perawatan yang juga penting dilakukan pada budidaya tanaman selada secara hidroponik. Pengecekan pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Nilai pH yang dibutuhkan oleh tanaman selada hidroponik yaitu 6,5-7,0 (netral). Jika nilai pH rendah (bersifat asam) maka perlu dilakukan penambahan larutan kimia KOH (Asam Nitrat). Cara meningkatkan nilai pH yaitu dengan menambah sedikit demi sedikit larutan kimia KOH kemudian diaduk dan melakukan pengecekan kembali menggunakan pH meter hingga nilai pH menjadi netral. Sedangkan jika nilai pH tinggi (bersifat basa) maka untuk menurunkan nilai pH menjadi netral dapat dilakukan dengan menambahkan asam sulfat. Cara yang digunakan kurang lebih sama dengan cara menaikkan pH, namun larutan yang digunakan berbeda yaitu menambahkan sedikit demi sedikit larutan asam sulfat kemudian diaduk dan melakukan pengecekan kembali hingga nilai pH menjadi netral.

e.     Pemanenan

Kegiatan pemanenan pada tanaman selada dilakukan dengan cara manual yakni mencabut tanaman pada setiap lubang sterofoam yang berumur 3 minggu setelah tanam (mst). Akar pada tanaman sengaja tidak dibuang dan dibiarkan melekat di sayuran dengan tujuan menjadi ciri khas bahwa sayuran tersebut merupakan sayuran hidroponik.

 

4.2.3. Subsistem III (Pasca Panen dan Pengolahan Hasil)

Subsistem III atau subsistem hilir adalah kegiatan ekonomi yang mengolah hasil produk usahatani menjadi produk olahan kemudian didistribusikan. Kegiatan pencucian, penirisan, sortasi, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian merupakan kegiatan pascapanen yang dilakukan di Harvest Queen Hydroponic.

a.     Pencucian

Pencucian merupakan tahap awal dalam penanganan pasca panen ini. Proses pencucian bertujuan untuk membersihkan tanaman dari lumut yang masih menempel juga membersihkan dari kotoran-kotoran yang ada agar sayuran masih dalam keadaan segar dan tidak layu maupun busuk. Pencucian ini menggunakan air bersih tanpa           kaporit seperti air sumber. Pada pencucian ini akar tidak usah dipotong karena berfungsi untuk menjaga kesegaran dan keawetan tanaman selada.

b.    Penirisan

Setelah pencucian selesai, selada ditiriskan sekitar 10-15 menit. Penirisan dilakukan di atas meja triplek dengan cara diangin-anginkan di dekat lahan terbuka (tempat pencucian yang agak jauh dari air) tanpa bantuan pengering ataupun alat lainnya.

c.     Penyortiran

Penyortiran ini dibagi menjadi dua, yaitu seleksi dan grading. Seleksi merupakan sortasi tanaman berdasarkan tampilannya. Sedangkan grading adalah sortasi tanaman berdasarkan mutu dan standar klasifikasinya. Penyortiran dilakukan dengan cara manual, dimulai dari pengecekan daun pada selada. Jika pada daun selada terdapat kerusakan, layu, daun busuk atau terserang hama maka harus dibuang kemudian diletakkan di tempat tertentu (ember atau bak) karena tidak cocok untuk dipasarkan serta untuk        dilakukan proses pengolahan. Juga melakukan pembuangan bagian daun tua sebanyak 3-5 helai daun yang biasanya terletak pada bagian luar.

d.    Pengemasan

Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada di dalamnya bisa tertampung dan terlindungi. Kegiatan pengemasan dilakukan setelah selada ditiriskan dan dalam keadaan kering. Melakukan pengemasan sayuran ke dalam kemasan plastik dengan cara memasukkan selada sebanyak 2-3 batang atau dengan berat sebesar 200 gram ke dalam kemasan plastik. Namun apabila belum mencapai 200          gram bisa ditambahkan sayuran dari ukuran yang lain sehingga        mencapai target berat.

e.     Penyimpanan

Sayuran yang sudah dikemas bisa langsung dimasukkan ke box penyimpanan untuk dibawa ke Kafe Harvest Queen Hydroponic dan diletakkan di mesin pendingin dengan suhu 4˚C atau bisa langsung dijual dengan harga yang sudah ditentukan.

f.     Pengolahan Hasil Pertanian

Kegiatan pengolahan hasil panen dilakukan dengan mengolah sayuran menjadi produk Mie Selada. Pembuatan Mie Selada merupakan proyek yang diberikan oleh pemilik Harvest Queen Hydroponic kepada peserta PKL pada bulan Februari. Terdapat tiga varian produk Mie Selada yang dihasilkan yaitu:

·       MieSoh (Mie Gongsoh), mie goreng instan proses pembuatan dengan cara digongsoh pada wajan dengan campuran rempah-rempah serta bumbu mie tersebut, kemudian dalam penyajian dengan ditambahkan selada sebagai tambahan guna mempercantik penampilan mie tersebut, juga berguna untuk konsumen yang tidak begitu menyukai sayur tetapi dengan disertainya mie instan ini (yang pasti banyak peminatnya) menjadi ikut menyukai sayur-sayuran.

·       Mimi Kare (Milky Mie Kare), yaitu mie kuah instan rasa kare ayam yang proses pembuatannya dicampur dengan susu UHT full cream dan tambahan selada.

·       Mimi Soto (Milky Mie Soto), proses pembuatan produk ketiga ini sama persis dengan produk kedua, hanya saja perbedaannya terletak pada rasa mie.

Penyusunan analisis biaya yang dilakukan untuk mengetahui total biaya, penerimaan, keuntungan, dan HPP (Harga Pokok Produksi) serta membuat laporan keuangan kas untuk produk mie selada. Berdasarkan perhitungan HPP pada produk MieSoh sebesar Rp 6.500, serta produk Mimi Kare dan Soto sebesar Rp 8.000.

Perhitungan HPP dilakukan untuk menetapkan harga jual produk mie selada ke konsumen akhir. Adapun harga jual pada masing-masing varian produk mie selada yaitu Rp 12.000/porsi untuk MieSoh dan Rp 15.000/porsi untuk Duo Mimi. Rincian perhitungan total biaya, HPP, penerimaan, keuntungan dilakukan pencatatan dengan membuat laporan keuangan kas yang dilakukan oleh manajer kafe sendiri dikarenakan itu bersifat rahasia perusahaan.

 

4.2.4. Subsistem IV (Penyaluran dan Pemasaran)

Pemasaran yang dilakukan Harvest Queen Hydroponic yaitu pemasaran secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu berhubungan langsung dengan konsumen (tanpa perantara) dan juga melayani pemesanan dengan menjualnya ke masyarakat setempat dari rumah ke rumah. Sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu dengan menggunakan perantara dalam menjual sayur selada ke sebuah restoran di daerah Surabaya yang sudah menjadi langganan distribusi di Harvest Queen Hydroponic. Pemasaran tidak langsung juga dilakukan ke Superindo di Jalan Raya Langsep Nomor 3, Bareng, Kec. Klojen, Kota Malang, yang diletakkan di dalam lemari pendingin dengan suhu 4°C, sehingga pembeli atau konsumen bisa langsung memilih dan mengambil selada dari lemari pendingin. Harvest Queen Hydroponic juga memasarkan produk pengolahan hasil pertaniannya ke kafe Harvest Queen yang bertempat di Jalan Kalpataru Nomor 58 Kota Malang.

Saluran Distribusi

Saluran distribusi merupakan sub bagian dari variabel marketing mix (bauran pemasaran) yaitu: place atau distribution. Saluran distribusi ini merupakan suatu struktur yang menggambarkan alternatif saluran yang dipilih dan menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai perusahaan (Lubis, 2004). Panjang pendeknya saluran pemasaran akan berpengaruh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan dan harga jual produk di setiap lembaga pemasaran yang terlibat, dan hal tersebut akan berpengaruh pula terhadap keuntungan yang diperoleh. 


Berdasarkan saluran distribusi yang terdapat pada Harvest Queen Hydroponic, adanya pemasaran dapat memberikan efisiensi tersedianya barang secara luas dan mudah diperoleh di pasaran. Dalam hal ini inti merupakan pedagang pengumpul yang secara langsung berhubungan dengan petani.

1.    Saluran Disribusi I = Petani → Inti → Konsumen

Dalam saluran ini terdapat dua cara dalam mendistribusikan selada, pertama inti langsung membeli selada dari petani, setelah itu inti menjual kembali kepada konsumen dengan melakukan promosi di media sosial, sehingga konsumen bisa langsung membeli kepada inti tersebut. Kedua, inti langsung mengambil selada dari petani, lalu langsung dijual kepada konsumen melalui pemasaran rumah ke rumah penduduk.

2.    Saluran Distribusi II = Petani → Inti → Restoran/Superindo/Kafe → Konsumen

Pada saluran ini, inti langsung mengambil selada dari petani, lalu dibawa ke Restoran di daerah Surabaya, Superindo di Jalan Raya Langsep dan Kafe Harvest Queen untuk dijual langsung, sehingga konsumen bisa langsung memilih dan mengambil selada dari lemari pendingin.

Pembelian selada dari petani kepada inti dilakukan dengan sistem per gram, dimana pembelian dilakukan secara langsung dengan petani. Kemudian inti langsung menjualnya kepada konsumen maupun ke Restoran/Superindo/Kafe.

 

4.2.5. Subsistem V (Lembaga Penunjang)

Lembaga penunjang adalah institusi penunjang yang turut serta mendukung pengoperasian pasar modal dan bertugas serta berfungsi melakukan pelayanan kepada pegawai dan masyarakat umum. Untuk sampai saat ini, Harvest Queen Hydroponic belum memiliki lembaga penunjang sebagai lembaga yang mendukung pengoperasian perusahaan. Harvest Queen Hydroponic sendiri hanya memiliki sertifikasi perizinan dari lembaga pemerintahan daerah/kota setempat.


BAB V

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

Harvest Queen Hydroponic merupakan salah satu perusahaan di bidang pertanian dengan teknik budidaya secara hidroponik. Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian ini mengembangkan pertanian dengan modern, professional, kreatif, inovatif, memiliki terobosan terbaru dan memiliki produk yang sehat.

Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis yang merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem, antara lain sebagai berikut:

1.    Subsistem I (Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi): Benih selada, media tanam (lahan), pupuk/nutrisi, air dan alat-alat.

2.    Subsistem II (Budidaya): Persiapan media tanam, penyemaian, penanaman, perawatan dan pemanenan.

3.    Subsistem III (Pasca Panen dan Pengolahan Hasil): Pencucian, penirisan, penyortiran, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan hasil pertanian.

4.    Subsistem IV (Pemasaran): Terdapat 2 saluran pemasaran selada, antara lain: 1) Saluran Disribusi I = Petani → Inti → Konsumen, 2) Saluran Distribusi II = Petani → Inti → Restoran/Superindo/Kafe → Konsumen.

5.    Subsistem V (Lembaga Penunjang): Tidak memiliki lembaga penunjang.

 

5.2 Saran

Berdasarkan kegiatan praktek kerja lapang yang sudah dilakukan di Harvest Queen Hydroponic selama satu bulan, ada beberapa saran yang diberikan demi kemajuan Harvest Queen Hydroponic. Sayuran dan buah-buahan di Harvest Queen Hydroponic memang sudah terlihat segar dan organik, tetapi perlu disosialisasikan lagi kepada sasaran konsumen bahwasannya sayuran yang ditanam di Harvest Queen Hydroponic merupakan sayuran sehat bebas pestisida agar calon konsumen mengetahui manfaat dari sayuran yang bebas pestisida. Selain itu, Harvest Queen Hydroponic harus menjalin kerja sama dengan mitra lain serta penambahan lembaga penunjang untuk mendukung dan menunjang usaha tani di Harvest Queen Hydroponic serta pada kegiatan pemasaran sayur diantaranya perlu keikutsertaan mahasiswa khususnya mahasiswa agribisnis dalam kegiatan pemasaran sayur karena bidang tersebut merupakan bagian penting yang harus dipelajari langsung oleh mahasiswa agribisnis.

Saran dari peserta PKL untuk calon peserta PKL selanjutnya yang akan melakukan praktek kerja lapang di Harvest Queen Hydroponic adalah peserta PKL dapat mempersiapkan diri dengan mencari informasi terlebih dahulu mengenai Harvest Queen Hydroponic. Selain itu peserta PKL harus saling berkoordinasi satu sama lain agar dapat menghindari terjadinya miss communication, harus aktif dan inisiatif dalam melaksanakan praktek kerja lapang sehingga informasi yang diterima akan lebih banyak.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aini, R. Q., Yaya, S., & Hana, M. N. (2010). Penerapan Bionutrien KPD Pada Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa Var. Crispa). Jurnal Sains Dan Teknologi Kimia, 1(1), 73–79.

Cahyono, B. (2005). Teknik budidaya dan analisis usaha tani selada. Semarang: Aneka Ilmu.

Citra Wulandari, G. M., Muhartini, S., & Trisnowati, S. (2012). Pengaruh air cucian beras merah dan beras putih terhadap pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa L.). Vegetalika, 1(2), 24–35.

Domingues, D. S., Takahashi, H. W., Camara, C. A., & Nixdorf, S. L. (2012). Automated system developed to control pH and concentration of nutrient solution evaluated in hydroponic lettuce production. Computers and Electronics in Agriculture, 84, 53–61.

Duaja, M. D. (2012). PENGARUH BAHAN DAN DOSIS KOMPOS CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa sp.)(The Effect Of Material And Dosages Of Liquid Organic Fertilizers On Lettuce (Lactuca sativa Sp.) Growth). Bioplantae, 1(1).

Ginting, C., & Tohari, S. (n.d.). D. dan Indradewa, D., 2006b. Pengaruh Suhu Medium terhadap Serapan Hara Makro pada Pertanaman Selada Secara Hidroponik. Prosiding Seminar Nasional Peragi, 500, 509.

Hermawan, R., & SP, M. (2008). Membangun Sistem Agribisnis. Agroinfo. Yogyakarta.

Lonardy, M. V. (2006). Respons tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) terhadap suplai senyawa nitrogen dari sumber berbeda pada sistem hidroponik.‘. Skripsi”(Tidak Dipublikasikan). Universitas Tadulako, Palu.

Lubis, A. N. (2004). Peranan saluran distribusi dalam pemasaran produk dan jasa.

Pertanian, P. S. J. K. (2002). Pembangunan sistem agribisnis sebagai penggerak ekonomi nasional. Departemen Pertanian.

RIngo, J., Martini, R., & Sayekti, A. A. S. (2017). MANAJEMEN PRODUKSI PENGOLAHAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA 3 (PERSERO) PABRIK PENGOLAHAN KARET (PPK) SEI SILAU, KECAMATAN SETIA JANJI, SUMATERA UTARA. JURNAL MASEPI, 2(1).

Rukmana, I. H. R. (1994). Bertanam Selada & Andewi. Kanisius.

Rusdy, A. (2009). Efektivitas ekstrak nimba dalam pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura F.) pada tanaman selada. Jurnal Floratek, 4(1), 41–54.

Saragih, B. (2003). Pembangunan sistem agribisnis di indonesia dan Peranan public relation. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

Sodri, F. F. (2019). ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS SELADA DAN PAKCOY HIDROPONIK DI KOTA BANDAR LAMPUNG.

Suparta, N. (2003). Penyuluhan sistem agribisnis suatu pendekatan holistik. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

Susila, A. D., Suarni, S., Pramono, H., & Aksari, O. (2011). Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh pada Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentumVar. Cerasiforme) Secara Hidroponik. Jurnal Prosiding Seminar Nasional PERHORTI, 1(2), 12.

Syahputra, E., Rahmawati, M., & Imran, S. (2014). Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Floratek, 9(1), 39–45.

Komentar